Setiap dari Kita Adalah Ibrahim yang Mesti Belajar Melepaskan


 

Alhamdulillahi ala kulli hal. 

Sesungguhnya semua milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Makna kalimat innalillahi wa innailaihi roji'un baru saya maknai dengan baik saat tahun 2021 saya kehilangan seseorang yang paling penting di hidup: Ayah. 

Posisi ayah tak bisa tergantikan oleh siapapun. Kakak apakah bisa menggantikan posisi ayah? Secara lahiriyah mungkin bisa, tetapi tidak dengan batiniyah. Peran ayah ya hanya dapat diisi oleh sosok ayah. Jadi, proses melepaskan yang cukup sulit saya pelajari adalah saat proses mengikhlaskan almarhum. 

Waktu terus berlalu, ingatan tentang kenangan bersama ayah tak akan bisa hilang, namun rasa sedih sudah mulai berkurang banyak. Alhamdulillah. Mungkin memang benar, waktu bisa membantu untuk menyembuhkan. Namun, saya masih perlu belajar dan belajar untuk melepaskan sesuatu hal lain yang memang tidak abadi menjadi milik saya. 

Tahun 2024, saya ada target untuk menabung dan menyisihkan bagian dari gaji agar tahun 2025 bisa berqurban. Tak lain dan tak bukan, saya ingin belajar mengikhlaskan apa yang memang bukan milik saya selamanya. Ternyata memang berat yaa, tapi bukan berarti tidak bisa :) 

Alhamdulillah, di tahun 2025, bagian yang selalu saya sisihkan tsb bisa untuk berqurban. Saya ikut qurban atas nama pribadi. Hal yang tak pernah saya bayangkan bisa tercapai di tahun 2025. Dengan niat untuk melatih diri, saya ingin belajar melepaskan rasa kecintaan pada harta pribadi. Senang rasanya. Lega rasanyaaaa. 

Mencintai berlebihan pada sesuatu yang bukan milik sendiri ternyata ngga enak. Lalu, saat bisa melepaskan dengan sadar apalagi dalam rangka menguatkan ketaatan pada Allah, rasanya selega itu. 

Saya masih belajar, dan akan terus belajar. Sejatinya, saya merasa iman saya masih lemah, perlu diperkuat lagi dengan amalan-amalan dan challlenge dari Allah. 

Berqurban juga tak perlu menunggu jadi kaya raya. Dari gaji yang belum dua digit ini ternyata bisa disisihkan sedikit-sedikit untuk qurban wkwk. 

Sejatinya setiap dari kita adalah ibrahim yang punya ismail-nya masing-masing. Suatu hari, Allah pasti akan menguji hamba-Nya melalui apa yang dicintainya. 

Dari tulisan sederhana ini, semoga ada secercah hikmah yang bisa diambil. Bukan berniat untuk pamer, tetapi untuk meyakinkan diri sendiri dan pembaca bahwa seni melepaskan itu bisa dipelajari. Dan, saat sudah percaya bahwa apapun yang di genggaman kita adalah kepunyaan Allah, hidup jadi lebih ringan dan tak mudah takut menghadapi kehilangan. 


Sumber foto: pixabay.com







20 comments for "Setiap dari Kita Adalah Ibrahim yang Mesti Belajar Melepaskan"

Comment Author Avatar
Betul banget. Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sepertinya relate dengan kehidupan kita yang mungkin bisa terlalu attached dengan sesuatu ya. Tapi tetap saja kisah Nabi Ibrahim ujiannya luar biasa.
Comment Author Avatar
Sangat relate ya Kak dgn kita, apapun yg melekat di diri ini, dari anggota tubuh, barang kepemilikan, harta, anak, dsb.
Comment Author Avatar
Selalu netes air mata kalau denger kalimat itu :') Refleksi yang menyentuh, terutama di momen-momen perenungan seperti sekarang. Benar banget, kita semua sedang diuji dengan "Ismail" masing-masing.
Comment Author Avatar
Thanks ya Kak utk apresiasinya. Tulisan ini jd self reminder jg biar aku pribadi bisa belajar setegar Ibrahim
Comment Author Avatar
Hebat kak. Menabung untuk berkurban. Jadi pengen juga menabung untuk berkurban. Apalah daya masih kalah sama ekonomi...
Comment Author Avatar
Terus semangat, Kak. InsyaAllah, semoga rezeki Kakak semakin lancar dan diperbanyak. Allah ngga akan tidur kok, selalu mendengar orang2 yg ingin berusaha bertaqwa.
Comment Author Avatar
Setuju banget kalau hidup kita itu penuh dengan pengorbanan layaknya Nabi Ibrahim mengorbankan anak tercintanya Nabi Ismail. Kita perlu sadar bahwa semua nikmat atau harta itu dari Allah, jadi jangan berharap bisa memiliki selamanya.
Comment Author Avatar
Setujuuu bgt, Kak.
Semoga membawa ibrah ya Kak. Kita sama sama belajar setegar Ibrahim.
Comment Author Avatar
Makanya, terkadang kalau melihat di luaran sana. Ada orang-orang yang bilang kalau dia diuji dengan suami di mana dia sangat bergantung padanya. Ada juga diuji dengan dihilangkan hartanya.

Karena memang, cepat atau lambat, kita sebagai makhlukNya memang akan mendapat ujian dari sesuatu yang kita cintai.

Tapi, kalau kita sudah menyadari bahwa nggak pernah ada yang benar-benar milik kita. Semuanya hanya titipan Allah semata.

Maka, kita akan lebih mudah melepaskan sesuatu yang ingin Allah minta kembalikan.
Comment Author Avatar
setuju banget di poin "menabung untuk berkurban", dengan begitu kita ngga bakal ngerasa kesusahan pas hari itu tiba karena uang udah terkumpul jauh-jauh hari. Keren Kak!
Comment Author Avatar
Aamiin...

Alhamdulillah sih menabung utk kurban ini sudah lama terlaksana, dan bisa dinikmati hasilnya
Comment Author Avatar
Masya Allah tabarakallah, alhamdulillah bisa menabung dan berkurban dari hasil menabungnya ya mbaa...ikut senang semoga berkah dan menjadi kebiasaan di tahun-tahun selanjutnya.
Comment Author Avatar
Jujur kalau hari raya Qurban ini saya pun ikut senang. Meski non-muslim yang tinggal di kawasan mayoritas muslim, bersyukurnya ada toleransi di sekitar rumah. Ingat waktu itu suami membantu orang-orang masjid buat bagi-bagi daging qurban ke area perkampungan dan pekerja tebu di sekitar perumahan. Dan sapi/kambing yang disembelih untuk Tuhan, semoga mendapatkan banyak berkah dalam kehidupan mereka (keturunannya). :D
Comment Author Avatar
Salut banget sama mereka yang selalu menyisihkan uang mereka buat ditabung kurban setiap tahunnya. Ini juga membuktikan kalau kurban itu adalah ibadah yang memerlukan keikhlasan hati dalam mengumpulkan uang ya
Comment Author Avatar
Setiap kita adalah Ibrahim yg punya Ismail kita masing-masing. Ah..suka dg quote ini. Terimakasih sdh sharing pengalaman yg menginspirasi ini..
Comment Author Avatar
Kadang kita ngerasa harus "mapan dulu" baru bisa berqurban, padahal justru dari proses menyisihkan sedikit demi sedikit itu letak perjuangannya. Rasanya relate banget pas bilang soal belajar melepaskan rasa memiliki, nggak mudah, tapi ternyata bikin hati lebih ringan ya.
Comment Author Avatar
Setuju kak.
Perlu nya kita belajar ikhlas melepaskan. Memang tidak mudah, tapi inspirasi dari Nabi Ibrahim jadi hal yang bisa ditiru
Comment Author Avatar
Ternyata selalu punya makna dari berqurban ya kak. Berqurban itu bisa membuat kita belajar lebih ikhlas, belajar melepaskan, belajar berbagi juga. Dan dari kisah nabi Ibrahim kita bisa merenungi betapa ikhlasnya nabi saat diuji dan saat kebaikan itu datang dia rela melepas anak yg paling dinantikannya, masya allah..
Comment Author Avatar
Terima kasih sudah berbagi, ka Anisa.
Selalu yakin bahwa yang terjadi dalam keseharian kita di sepanjang hidup ini bukan kebetulan semata. Semua sudah ada garisan takdir sehingga ketika ada kesulitan atau ujian, maka kita bisa segera menyerahkannya kepada Allaah, sang pemilik hidup.

Semoga komitmen seni melepaskan ini bisa terus kita pegang yaa..
Apapun di dunia ini memang gak ada yang benar-benar milik kita. Semua hanya titipan.

Barakallaahu fiik~
Comment Author Avatar
Meski kekosongan posisi itu tak tergantikan, setidaknya ada sedikit penghiburan --Saya yakin-- ayah mbak pasti bangga berhasil mendidik putrinya mengikuti teladan Nabi Ibrahim dengan turut berqurban tahun ini.