Belajar Kelola Uang untuk Perempuan Lajang (+Tips dari ZAP Finance)



Saya berterima kasih kepada Mb Pritta Ghozi yang berbagi tips literasi keuangan lewat channel YouTube-nya, ZAP Finance. Sangat menambah insight baru!

Kali ini, saya ingin menulis bagaimana cara saya mengelola keuangan berdasarkan tips dari ZAP Finance plus pengalaman pribadi. Oiya, ini khusus perempuan lajang yang masih tinggal bersama orang tua. Untuk teman-teman yang merantau, bisa menyesuaikan dengan kondisinya masing-masing.

1.     Masuk tabungan

Menabung mesti jadi poin penting saat menyisihkan pos-pos keuangan. Kalau saya memilih menabung di bank dengan jenis tabungan biasa. Sejauh ini, saya memilih untuk memiliki dua tabungan di dua bank berbeda. Pertama, tabungan pribadi di bank syariah dengan prinsip wadiah (tanpa biaya admin, sistem penitipan uang saja di bank). Kedua, tabungan di bank konvensional tempat pengiriman gaji dari tempat kerja. Menurut saya, pemilihan dua bank berbeda agar ketika salah satu ATM eror, masih ada ATM di bank lain.

2.     Jadikan instrumen investasi

Mb Pritta sangat menyarankan perempuan untuk melek investasi. Saat masih lajang, perempuan tentunya lebih bebas untuk menyisihkan uangnya uang akan dijadikan investasi. Pesan Beliau, mumpung masih lajang, perempuan bisa menekan keinginannya yang memang tidak terlalu urgent dan belajar berinvestasi sedikit demi sedikit.

Jika menabung hanya menyimpan uang saja tanpa adanya passive income, kalian bisa coba-coba investasi yang sesuai dengan kebutuhan. Ada saham, reksadana, crypto, deposito, dan emas. Karena saya bisa dibilang masih konvensional dan belum berani ambil risiko besar soal investasi, saya baru berani coba deposito berjangka dan emas. Mengapa saya memilih kedua itu?

Pertama, saya pilih deposito berjangka karena bank tempat saya menyimpan uang menyediakan fasilitas tersebut. Saya memilih deposito berjangka di bank syariah karena sistemnya sesuai prinsip yang dapat saya terima. Sebelum akad di sana, saya cari tahu dulu di web resminya dan testimoni orang lain mengenai pengalaman menyimpan deposito berjangka di bank tersebut. Memang kalau dari besaran keuntungan, bagi hasil yang diterima tiap bulan tidak terlalu banyak. Namun, bagi saya cukup lumayan dibandingkan hanya menabung biasa yang rawan terpotong biaya admin. Waktu perpanjangan deposito juga bisa tiap 3, 6, hingga 12 bulan sekali. Kemudahan saat ini, pemantauan uang deposito berjangka bisa diakses lewat mobile banking.

Kedua, saya pilih menabung emas. Banyak tempat menabung emas yang bisa dipilih, seperti di Pegadaian hingga di Shopee, dan lain-lain. Saya memilih di Pegadaian. Menurut saya, menabung emas di sini sangat mudah karena outlet pegadaian jelas ada di mana-mana (bahkan sebenarnya sudah ada aplikasi Pegadaian untuk menabung emas juga). Proses pembuatan rekening tabungan emas cukup mudah dan bisa dilakukan di outlet. Besaran setoran minimal 10.000 rupiah saja. Jadi, saat menabung, kita tidak harus setor sebanyak harga 1 gram emas. Kita bisa menabung dengan kadar nol koma sekian gram.

3.     Sisihkan untuk Zakat/Dana Sosial

Sebagai freshgrad yang baru merasakan dapat gaji tiap bulan, saya tersentil sama penjelasan Mb Pritta mengenai hal ini. Agar semakin berkah uangnya, jangan lupa untuk menyisihkan secara rutin untuk zakat/dana sosial. Dalam agama Islam pun, ada yang namanya zakat profesi/zakat mal dengan besaran minimal 2,5% dari gaji. Agar tidak terlupa dan cepat tersalurkan, kita bisa memotongnya tiap bulan setelah gajian. Untuk penyaluran zakat profesi, kita bisa salurkan langsung ke sanak keluarga/orang di sekitar yang membutuhkan. Bisa juga dengan menitipkan ke badan pengelolaan zakat profesi yang terpercaya.

4.     Daftar BPJS/Sejenisnya

Jika anak PNS, pastinya sudah ter-cover BPJS dari orang tuanya. Namun, kalau sudah bukan mahasiswa lagi/berusia 25 tahun ke atas, kita harus mendaftar BPJS mandiri. Kemarin syaa kebetulan coba mendaftar BPJS mandiri di Kantor BPJS. Proses pendaftaran cukup membawa fotokopi KTP dan siapkan rekening bank. BPJS menyediakan 3 jenis kelas yang berbeda dengan iuran yang berbeda pula. Pemilihan kelas bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan tentunya jumlah gaji yang dimiliki. Selanjutnya, kita juga bisa memilih klinik dokter keluarga (dokter umum dan dokter gigi) yang ada di wilayah setempat. Jika BPJS sudah berstatus aktif, nantinya bisa langsung dipakai. Jangan lupa juga untuk install apliaksi JKN di ponsel agar mudah saat ingin daftar berobat.

 

Selain masuk tabungan, investasi, zakat/dana sosial, dan asuransi BPJS, Mb Pritta juga tidak melarang perempuan menyisihkan uangnya untuk melakukan perawatan diri/memanjakan diri. Akan tetapi, jangan lupa, perlu diatur besarannya juga. Boleh kok tetap memanjakan diri dengan pergi ke salon/klinik/belanja barang yang kita suka asal tetap tahu batasan.

Terkait investasi, kita juga perlu menarget tujuan investasi kita untuk apa agar lebih bersemangat dalam berinvestasi. Saran Mb Pritta, meski masih lajang, silakan cicil untuk menyiapkan dana pendidikan anak, beli rumah, berhaji, atau target lainnya di masa depan.

Saya sendiri sebenarnya bukan tipe yang rajin membagi uang ke dalam detail pos kebutuhan. Saya hanya menggunakan catatan di ponsel mengenai kebutuhan saya setiap bulan. Jika dirasa ada banyak tambahan kebutuhan/pengeluaran di bulan itu, saya biasanya melakukan evaluasi dan menyeleksi yang tidak perlu dibeli lagi di bulan depan. Karena masih tinggal bersama orang tua, pengeluaran saya juga tentunya tidak sebanyak perempuan lajang lainnya yang tinggal sendiri/ngekos.  

Itulah beberapa poin yang saya dapatkan dari Mb Pritta (channel ZAP Finance) + pengalaman pribadi. Mari jadi perempuan yang melek literasi keuangan. Berapa pun besarnya pendapatan seorang perempuan, sistem pengelolaan yang baik dan terencana perlu kita pelajari.


Sumber gambar: Nattanan Kanchanaprat from Pixabay 

Sumber informasi literasi finansial: YouTube ZAP Finance TV

Post a Comment

0 Comments