Belajar Mengajar di Sekolah Milik Yayasan Al Azhar


Saat di ruang kelas ada guru dan siswa, sejatinya telah terjadi interaksi timbal balik yang memperkaya pengetahuan. Guru dan siswa sama-sama belajar. Bedanya, guru diberi kepercayaan untuk mengontrol suasana kelas sehingga proses pembelajaran bisa berjalan sebagaimana mestinya.

***

Pagi itu, saya datang interviu ke kompleks Al Azhar Yogyakarta yang ada di Sleman. Sebagai mahasiswa tingkat akhir yang masih pusing dengan tugas akhirnya, saya cukup nekat untuk mendaftar sebagai guru. Khawatir nanti keteteran karena semester ini adalah semester terakhir saya kuliah. Kalau melewati semester ini tugas akhir belum selesai, konsekuensinya adalah saya harus bayar UKT lagi untuk semester depan. Akan tetapi, atas dorongan ibu, akhirnya saya coba mendaftar hingga akhirnya mendapat panggilan interviu dan microteaching. Alhamdulillah. Saat proses tanya jawab, saya utarakan juga dengan jujur jika masih berstatus mahasiswa S-2 tingkat akhir. Konsekuensinya, mungkin saya akan beberapa kali izin untuk bimbingan dan menuntaskan kelulusan saya. Dua minggu berselang, saya mendapat jawaban jika diterima di SMP Islam Al Azhar 38 Wonosari. Alhamdulillah.

Benar saja, setelah mulai masuk ke sekolah, saya beberapa kali izin untuk mengurus tanda tangan tesis, sidang, hingga pendaftaran yudisium. Cukup malu dan segan karena masih berstatus guru baru. Syukurlah, saya mendapatkan kepala sekolah yang memaklumi keadaan saya.

Beberapa hari saat sudah mulai beraktivitas di sekolah, ada banyak hal yang membuat saya beradaptasi. Terlebih lagi sekolah tempat saya belajar ini adalah sekolah swasta, di bawah yayasan Islam, dan branding-nya cukup elit. Beberapa hal tersebut akan saya jelaskan menjadi beberapa poin.

Pertama, fasilitas di sekolah cukup memakai dan lengkap. Sebagai sekolah swasta, saya kira Al Azhar menyediakan fasilitas yang sangat memadai untuk guru dan siswa. Secara umum, fasilitas yang ada di sekolah negeri saya jumpai di sekolah ini. Sebagai tambahan, ada fasilitas makanan catering untuk siswa, guru, dan karyawan yang dibawa langsung dari Sleman. Karena siswa bersekolah sejak pagi hingga jam 3 sore (kadang lebih sore lagi kalau ada ekstrakurikuler/aktivitas lain), sekolah menjamin makan siang para siswa tersebut, termasuk juga guru dan karyawannya.

Kedua, pembiasaan pagi seperti salat dhuha, baca wirid dan doa, serta tilawati. Jika sudah memasuki pukul 7, semua bergegas ke tempat salat untuk melaksanakan ibadah dan pembiasaan pagi. Saat awal masuk sini, saya sempat minder. Saat kuliah, saya sering menunda salat dhuha karena alasan terburu-buru ke kampus. Ini berbeda dengan yang ada di sekolah Al Azhar. Siswa dibiasakan untuk mengawali rutinitas menuntut ilmu dengan beribadah dulu. Jadi, pembelajaran di kelas dimulai sekitar pukul setengah 9.  

Ketiga, adanya kajian khusus sebulan sekali untuk guru dan karyawan. Kajian ini diadakan di Masjid Al Hafidh Sleman. Setiap Sabtu Wage, semua guru karyawan TK, SD, SMP, SMA Al Azhar dari cabang Wonosari, Bantul, dan Sleman berkumpul di masjid tersebut. Agenda ini bisa dijadikan ajang silaturahim untuk keluarga Al Azhar.

Keempat, guru mendapat kesempatan untuk ikut mengelola gedung boarding yang ada di dekat sekolah. Sekolah Al Azhar menyediakan gedung boarding untuk siswa yang hendak bermukim juga. Guru juga berkesempatan untuk mengelola boarding, termasuk turut mendapat jadwal untuk mendampingi siswa boarding.

Mendapat kesempatan berkarier di Yayasan Al Azhar adalah berkah tersendiri. Sebagai mahasiswa yang kemarin masih berkutat dengan tesis, saya merasa bersyukur diberi peluang untuk belajar mengajar di SMP IA 38 Wonosari meski harus beberapa kali izin dan wira-wiri ke kampus-sekolah.

Perubahan kurikulum 2013 menjadi kurikulum merdeka tentu membuat saya cukup bingung dengan istilah dan sistem baru yang belum begitu familier. Jadi, masa mengajar full time saya yang pertama ini seperti momen untuk belajar lebih giat lagi. Kalau kemarin-kemarin saya hanya sebagai mahasiswa yang tinggal duduk dan mendapat ilmu dari pendidik, saat ini agaknya cukup berbeda karena ada amanah sebagai guru dan tanggung jawab untuk mengajarkan ilmu pada siswa.


Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini sampai akhir :) 

 




Post a Comment

0 Comments