Strategi Taktis Publikasi Artikel Jurnal untuk Mahasiswa S-2


Kebijakan pendidikan di perguruan tinggi Indonesia memang unik dan menarik, ya. O iya, ini bukan kalimat bermajas ironi, sama sekali bukan. Saya akui, kebijakan soal publikasi artikel bagi mahasiswa S-2 yang akan lulus adalah kebijakan yang menarik. Para mahasiswa akan terdorong untuk melakukan penelitian, mempublikasikannya ke jurnal, dan menambah khazanah pengetahuan. Jadi, kebijakan ini menarik juga untuk dihadapi dengan strategi yang taktis.

Sebagai mahasiswa S-2, saya menempuh pendidikan di UNY, salah satu kampus yang mewajibkan mahasiswanya untuk publikasi artikel di jurnal. Jurnal yang dimaksud pun memiliki beberapa ketentuan, seperti jurnal minimal terakreditasi Sinta 2 atau jurnal internasional bereputasi. Kampus juga menyebutkan bahwa jurnal yang dituju minimal terindeks Google Scholar, Crossref, EBSCO, dsb. Selain publikasi ke jurnal, mahasiswa juga dapat publikasi melalui prosiding. Ada beberapa ketentuan juga terkait prosiding. Informasi lengkap biasanya ada di panduan publikasi yang disebarluaskan ke para mahasiswanya.

Mahasiswa S-2 memiliki masa studi relatif dua tahun. Nah, di samping kuliah, mahasiswa S-2 berarti memiliki kewajiban untuk publikasi artikel tadi. Untungnya, tugas-tugas kuliah dari dosen yang diberikan ke mahasiswanya kebanyakan memiliki luaran artikel ilmiah. Hal ini tak lain karena sang dosen ingin mendorong mahasiswanya untuk sekaligus submit artikel luaran mata kuliah ke jurnal. Siapa tahu kan bisa submit ke jurnal sinta 2 dan lolos.

Mungkin banyak tugas akhir mata kuliah yang berbentuk artikel, tetapi tak banyak mahasiswa yang langsung submit ke jurnal

Setelah satu tahun kuliah, saya baru menyadari kalau saya sendiri tidak maksimal memanfaatkan momen semester satu & dua untuk submit jurnal. Saya baru submit artikel-artikel pada semester dua akhir. Menurut saya, hal itu sudah cukup terlambat. Dengan estimasi masa kuliah yang relatif hanya dua tahun, submit artikel sebenarnya bisa saja dilakukan saat akhir semester satu. Mengingat masa tunggu dari submit-revisi-publikasi artikel yang cukup lama, saya seharusnya bisa menyiapkannya sedini mungkin. Sebagai informasi, submit artikel ke jurnal bersinta 2 atau 1 memerlukan waktu cukup lama. Rata-rata satu tahunan atau bahkan lebih. Lalu, bagaimana dengan masa tunggu jurnal internasional? Hal ini akan saya bahas nanti.

Ada banyak jurnal yang bisa dijadikan sasaran submit, ada yang gratis, ada yang berbayar, ada juga yang harganya fantastis

Informasi mengenai macam-macam jurnal bisa dicari melalui laman sinta kemdikbud. Saat mencari macam-macam jurnal bersinta 2, mahasiswa akan menemukan banyak jurnal dari berbagai universitas atau lembaga pendidikan. Biaya publikasi yang dipatok juga beragam. Ada yang gratis, ada yang sekitar Rp1.000.000, atau ada juga yang lebih dari Rp1.500.000. Kabar baiknya, ada beberapa jurnal yang menyediakan jalur fast-track. Namun, biasanya harga yang dipatok akan lebih mahal daripada yang bukan jalur fast-track. Informasi terkait biaya ini bisa mahasiswa temukan di laman jurnalnya. Biasanya tertera pada menu “article fee” atau “article processing charge”.

Dari patokan biaya publikasi yang berbeda-beda, saya rasa tiap mahasiswa memiliki preferensinya masing-masing untuk memilih jurnal terbaiknya. Setiap jurnal tentu juga punya index, jumlah sitasi, dan ciri khasnya masing-masing. Ada jurnal yang tidak mengenakan biaya apapun untuk peneliti. Ada juga jurnal yang mematok biaya publikasi untuk membiayai proses reviu hingga publikasi. Terlepas dari itu, saya sarankan untuk mahasiswa S-2 yang masih semester satu atau dua agar lekas submit jurnal. Karena masa tunggu yang belum pasti (bisa satu tahun atau lebih), submit artikel sedini mungkin juga tak ada salahnya.

Lalu, bagaimana kalau mahasiswa sudah terlanjur menginjak semester akhir dan belum publikasi artikel ke jurnal? Jika mahasiswa ingin mengejar agar lulus secepatnya/relatif dua tahun, publikasi artikel ke jurnal yang menyediakan jalur fast-track bisa jadi pilihan. Dengan jalur fast-track, biasanya pihak editor memberikan informasi bahwa proses reviu hanya akan memakan waktu dua atau tiga minggu, kemudian revisi dan publikasi. Mahasiswa juga mesti jeli memilih jurnal-jurnal yang menyediakan jalur fast-track (karena setahu saya tidak semua jurnal membuka jalur ini). Meski buru-buru mencari yang jalur fast-track, mahasiswa jangan lupa untuk mengecek kembali apakah jurnal sasaran memenuhi syarat ketentuan publikasi yang sudah ditetapkan kampus (terindeks apa saja, dan lain-lain).

Tanya ke kakak tingkat/alumni mengenai jurnal yang sering dijadikan sasaran submit

Langkah ini sangat penting untuk mengetahui jurnal apa saja yang biasanya dijadikan sasaran submit kakak tingkat/alumni. Dengan bertanya, kita sebagai mahasiswa menjadi tahu jurnal apa saja yang diakui oleh fakultas/kampus untuk dijadikan syarat kelulusan. Pastikan juga ke koordinator publikasi yang ada di tiap fakultas. Tanyakan apakah jurnal tersebut layak/diakui fakultas/kampus untuk dijadikan syarat kelulusan.

Poin-poin inilah yang mungkin bisa Teman-teman jadikan strategi untuk mempersiapkan publikasi artikel ke jurnal sejak dini. Jika ada poin-poin yang kurang kalian setujui, tidak apa-apa. Perbedaan sudut pandang adalah hal yang wajar :)

Semangat mempersiapkan publikasi artikel. Semoga Allah mudahkan, ya.


Sumber gambar: https://sinta.kemdikbud.go.id/ 


Post a Comment

0 Comments