Kapan Perempuan “Perlu” ke Klinik Kecantikan?
Tulisan yang berjudul Kapan Perempuan “Perlu” ke Klinik Kecantikan? ini tidak serta merta merepresentasikan kalau hanya perempuan yang perlu merawat diri. Hanya saja, tulisan ini spesial menyoal perempuan.
Hmm…
seberapa sering kalian lihat spanduk atau banner besar di pinggir jalan yang
mengiklankan beberapa klinik kecantikan? Sebagian dari mereka menggaet para
aktris ibukota yang sungguh rupawan.
Yes,
saat ini memang banyak klinik yang didirikan untuk perawatan para perempuan.
Branding-nya pun sudah makin masif. Pasang iklan besar di perempatan jalan
raya, endorse influencer, hingga berbagi konten edukatif soal skincare &
kesehatan.
Teman-teman
pasti sudah tak asing dengan nama Natasha, Naavagreen, Airin, Erha, Athena,
Bening’s, dan banyak lagi nama-nama lainnya. Di Jogja sendiri, ada banyak
klinik perawatan yang belum sebesar brand-brand yang saya sebutkan sebelumnya.
Meski begitu, mereka juga sudah punya banyak pelanggan.
Kalau
gitu, apakah semua perempuan perlu ke klinik kecantikan? Atas pertimbangan apa
klinik kecantikan menjadi perlu/mendesak untuk dikunjungi?
Pertama, Luruskan Dulu Mindset Soal Klinik Kecantikan
Beberapa
bulan lalu, mungkin lebih tepatnya awal tahun 2022, saya masih mengira kalau ke
klinik kecantikan berarti punya niat untuk kecanduan krim/produk kliniknya.
Terus, kalau lepas krimnya, wajah jadi breakout. Belum lagi ada kabar kalau
banyak krim/produk yang palsu dan mengandung bahan berbahaya.
Bayang-bayang
negatif itu selalu saya pikirkan. Yang jadinya takut, makin takut. Namun,
bagaimana lagi. Saya acne fighter yang udah coba berbagai obat totol, mulai
dari Verille, Acnol, Acnes. Bahkan, bahan DIY seperti bawang putih, odol,
minyak kayu putih juga sudah pernah dicoba. Hasilnya? Tetap muncal-muncul.
Lalu,
pada Agustus 2022, saya mulai cari tahu soal klinik kecantikan. Beberapa teman
juga saya mintai referensi nama klinik yang bagus di Jogja. Bismillah, saya saat
itu ingin coba ke klinik kecantikan.
Apakah
saya sudah tidak percaya hal-hal negatif soal klinik kecantikan? Hmm, saat itu
masih sedikit percaya. Akan tetapi, saya cari referensi kredibel dari internet.
Bagaimana sih ciri-ciri krim yang buruk? Bagaimana cara memilih klinik yang
cocok? Apakah suatu saat bisa lepas krim dari klinik? Rasa prasangka di awal
mendorong saya untuk mencari bukti yang valid. Jadi, saya sarankan, kalian
luruskan dulu mindset soal klinik kecantikan. Cari referensi terpercaya untuk
menjawab rasa ingin tahu kalian. Barulah bisa memutuskan, apakah perlu ke
klinik atau tidak.
Kedua, Pertimbangkan Perlu atau Tidaknya ke Klinik
Nah, langkah selanjutnya adalah menimbang, apakah kalian perlu ke klinik atau tidak. Saya ada beberapa poin yang bisa kalian jadikan pertimbangan. Karena berdasarkan pengalaman pribadi, kalian boleh tidak setuju/menambahkan poin lainnya juga.
1. Punya masalah kulit atau tidak?
Kebanyakan
klinik kecantikan menangani/memberikan perawatan pada kulit wajah. Lalu, apa
kalian punya masalah kulit wajah, seperti jerawat, flek hitam, bruntusan, atau
yang lain? Saya rasa, tidak ada salahnya pergi ke klinik jika memang memiliki
masalah kulit tersebut. Tak perlu malu/minder. Klinik didirikan memang untuk
memberikan solusi permasalahan kulit. Selagi pilihan kliniknya bagus, dokter
yang menanganinya pasti bagus juga.
Lalu, gimana kalau ngga ada masalah kulit? Kalau itu, kembali ke diri kalian masing-masing. Untuk kepentingan estetika/pertimbangan lain yang mengutamakan penampilan, ada banyak juga yang mendatangi klinik meski tidak punya masalah kulit. Sah sah saja.
2. Sudah tahu perawatan yang diperlukan?
Ada berbagai jenis perawatan wajah yang disediakan oleh klinik kecantikan. Misalnya, facial, peeling, perawatan sinar merah/sinar biru, microdermabrasi, IPL, dan lainnya. Masing-masing punya fungsi berbeda. Tiap klinik biasanya juga mengunggulkan bahan yang dipakai, seperti bahan alami dari kurma, tea tree, dan sebagainya. Dari berbagai jenis pilihan itulah, kalian mesti cari tahu perawatan yang cocok dan sesuai kebutuhan.
3. Siap konsisten?
Perawatan
akan optimal kalau dilakukan teratur. Awalnya, kurasa ini hanya trik marketing
dari kliniknya saja karena dokter klinik biasanya akan kasih saran untuk rutin
perawatan. Ternyata, konsisten perawatan ke klinik memang diperlukan untuk
hasil optimal. Sebagai contoh, di bulan pertama saya melakukan perawatan untuk
mengurangi munculnya jerawat. Kemudian, di bulan-bulan berikutnya dokter akan
memantau perkembangannya. Jika jerawat sudah reda dan sembuh, fokus perawatan
selanjutnya yaitu pada bekasnya.
Konsekuensinya, biaya perawatan ke klinik memang perlu dibuat budget sendiri. Apalagi jika masih anak kos/status mahasiswa, pertimbangan klinik tujuan dan jenis perawatan perlu diperkirakan sejak awal. Pastikan sesuai budget yang dimiliki biar tidak sampai mengikis habis jatah makan sehari-hari hehe…
4. Jangan lupa imbangi dengan mindfulness dan gaya hidup yang lebih baik ‘
Perawatan klinik akan sia-sia dilakukan kalau rutinitas begadang, stres, dan makan sembarangan masih dibudayakan. Ya, hal-hal ini kadang susah dihindari karena adanya tekanan kerja, tekanan beban kuliah/sekolah, atau pada dasarnya hobi overthinking. Mau gimana lagi, pembawaan santai dan positif mesti dilatih demi mendatangkan ketenangan hati dan pikiran. Ingat, biaya perawatan itu ngga murah. Hmm… jangan sampai semua sia-sia gara-gara galau/stres. Pola makan dan rutinitas begadang juga perlu dipantau, ya.
5. Siap-siap aja kalau ditawari produknya si klinik
Sudah
hal umum kalau dokter klinik biasanya menawarkan customer-nya untuk membeli
skincare bawaan dari klinik. Menurut saya, ini opsional. Kebetulan, dokter
klinik saya tidak terlalu memaksa untuk beli. Namun, saya coba pakai krim pagi
dan malam saja sebagai permulaan. Syukurlah, cocok dan membawa hasil positif.
Hingga saat ini, saya lanjutkan membeli dua produk itu.
Itu
dia 5 poin pertimbangan yang saya jadikan acuan saat memutuskan untuk ke klinik
kecantikan. Dorongan kebutuhan membuat saya untuk datang ke klinik. Cukup lucu
dan konyol juga ketika mengingat saya dulu pertama kali datang ke klinik.
Berbaring di posisi tempat yang salah hingga grogi waktu facial pertama kali
hehe. Ya, begitulah. Selalu ada yang pertama untuk segalanya, kan.
Saya
pun akhirnya memilih ke klinik karena ingin ikhtiar menyembuhkan permasalahan
kulit yang saya miliki. Risikonya, saya harus buat budget tersendiri dan
menyisihkan hasil freelance untuk itu 😊
Terima kasih sudah membaca sampai akhir. Semoga tulisan ini memberi insight tambahan ke kalian yang lagi mempertimbangkan untuk datang ke klinik kecantikan.
Sumber gambar: Pixabay
Post a Comment for "Kapan Perempuan “Perlu” ke Klinik Kecantikan?"
Post a Comment