Lebaran dan Sesuatu yang Baru

Gambar oleh Pexels dari Pixabay


Tinggal menghitung hari, mungkin belasan hari lagi, umat Muslim akan menyambut Idul Fitri.

Adatnya, orang-orang berbondong-bondong ingin beli pakaian baru, sandal baru, sepatu baru, dan baru-baru lainnya. Atau, juga perlu ayang baru? Oh salah, ayang ngga dijual di pasar/supermarket, ya. Hehehe...

Makin dekat dengan Lebaran, makin ingin mempersiapkan hari raya dengan sesuatu yang baru. Aku menjadi salah satunya. Beberapa hari ini, aku rajin scroll Instagram dan Shopee untuk cari online shop yang menjual tunik, skirt, dan blouse wanita. Alhasil, algoritma media sosial menunjukkan keajaibannya. Berbagai online shop muncul di rekomendasi Instagram. Banyak pula iklan-iklan baju yang kutemui saat scroll timeline/snapgram.

Hmm... rasa ingin belanja makin menggebu. Banyak pilihan yang disediakan membuatku makin bingung karena semua model kuanggap bagus. Naluri wanita, ya :D

Namun, Allah yang Mahatahu naluri wanitaku ini seperti ingin mengingatkan suatu hal. Di sela-sela aku scroll Instagram, muncul postingan tentang minimalism. Bahkan, muncul postingan yang langsung menusuk hati, yaitu tentang adanya hisab untuk yang suka menimbun pakaian. Waduuh. Sungguh ya, algoritma Instagram memang bekerja dengan izin Allah.

Lalu, berkat postingan “tamparan” tadi, aku merenungi beberapa hal. Sebagai wanita biasa yang punya naluri untuk belanja jelang lebaran, aku coba mempertimbangkan poin-poin berikut ini.

1.     Seberapa penting aku pakaian/barang baru jelang Lebaran?

2.     Kira-kira setelah Lebaran, apakah aku akan memakai pakaian/barang ini lagi di rutinitasku?

3.     Apakah aku bisa merawat dan menyimpan pakaian/barang baru ini dengan baik?

4.     Apakah aku memang belum punya pakaian/barang baru ini, atau sebenarnya aku sudah punya dan masih berfungsi baik? Sepertinya perlu cek lemari/rak lagi deh.

5.     Kalau aku beli pakaian/barang baru ini dengan harga sekian, kira-kira sebanding dengan aku bekerja/freelance berapa waktu, ya?

Mungkin poin-poin itu yang aku jadikan pertimbangan untuk beli pakaian/barang baru di Lebaran tahun ini. Entah kenapa, dari postingan “tamparan” yang memang benar itu, aku pengen lebih selektif kalau memiliki suatu barang. Paling tidak, aku ingin melatih tanggung jawab atas barang kepemilikan. Bisa jadi, aku besok akan beli baju baru, skirt baru, kerudung baru, atau alas kaki baru. Tapi, yang pasti, aku mesti menjawab lima pertanyaan di atas tadi untuk memutuskan, beli atau tidak.

Mengenai hisab terhadap pakaian, rasanya horor juga. Lebih bijak memang kalau kita bisa memanfaatkan semua baju/barang dengan maksimal. Reminder untukku sendiri sebenarnya. Di lemariku, pasti ada aja pakaian-pakaian yang jarang aku pakai, padahal visualnya belum jelek-jelek banget. Kalau mereka berada di sudut lemari dalam, apakah mereka memang sembunyi dariku? Atau aku sendiri yang sengaja menyembunyikannya? Hehe...

Konsep minimalism sebenarnya lebih mengajarkan umat manusia untuk merasa cukup. Dalam Islam pun sudah dianjurkan juga untuk merasa cukup (qona’ah). Jadi, apapun yang menjadi pilihan kita, ada baiknya kita bisa bertanggung jawab dengan semua konsekuensinya. Atau mungkin, seperti cerita orang dermawan yang pernah kudengar, ketika beli banyak barang baru, berarti mesti berani juga menyedekahkan/memberikan barang-barang yang lama ke orang lain/pihak lain. Kalau istilah dalam minimalism namanya decluttering.

Terima kasih sudah membaca sampai habis. Kita sama-sama belajar, ya.

Post a Comment

0 Comments