Lebaran dan Sesuatu yang Baru
Tinggal menghitung hari, mungkin belasan hari lagi, umat Muslim akan menyambut Idul Fitri.
Adatnya,
orang-orang berbondong-bondong ingin beli pakaian baru, sandal baru, sepatu
baru, dan baru-baru lainnya. Atau, juga perlu ayang baru? Oh salah, ayang ngga
dijual di pasar/supermarket, ya. Hehehe...
Makin
dekat dengan Lebaran, makin ingin mempersiapkan hari raya dengan sesuatu yang
baru. Aku menjadi salah satunya. Beberapa hari ini, aku rajin scroll Instagram
dan Shopee untuk cari online shop yang menjual tunik, skirt, dan blouse wanita.
Alhasil, algoritma media sosial menunjukkan keajaibannya. Berbagai online shop
muncul di rekomendasi Instagram. Banyak pula iklan-iklan baju yang kutemui saat
scroll timeline/snapgram.
Hmm...
rasa ingin belanja makin menggebu. Banyak pilihan yang disediakan membuatku
makin bingung karena semua model kuanggap bagus. Naluri wanita, ya :D
Namun,
Allah yang Mahatahu naluri wanitaku ini seperti ingin mengingatkan suatu hal.
Di sela-sela aku scroll Instagram, muncul postingan tentang minimalism. Bahkan,
muncul postingan yang langsung menusuk hati, yaitu tentang adanya hisab untuk
yang suka menimbun pakaian. Waduuh. Sungguh ya, algoritma Instagram memang
bekerja dengan izin Allah.
Lalu,
berkat postingan “tamparan” tadi, aku merenungi beberapa hal. Sebagai wanita
biasa yang punya naluri untuk belanja jelang lebaran, aku coba mempertimbangkan
poin-poin berikut ini.
1. Seberapa
penting aku pakaian/barang baru jelang Lebaran?
2. Kira-kira
setelah Lebaran, apakah aku akan memakai pakaian/barang ini lagi di
rutinitasku?
3. Apakah
aku bisa merawat dan menyimpan pakaian/barang baru ini dengan baik?
4. Apakah
aku memang belum punya pakaian/barang baru ini, atau sebenarnya aku sudah punya
dan masih berfungsi baik? Sepertinya perlu cek lemari/rak lagi deh.
5. Kalau
aku beli pakaian/barang baru ini dengan harga sekian, kira-kira sebanding
dengan aku bekerja/freelance berapa waktu, ya?
Mungkin
poin-poin itu yang aku jadikan pertimbangan untuk beli pakaian/barang baru di
Lebaran tahun ini. Entah kenapa, dari postingan “tamparan” yang memang benar
itu, aku pengen lebih selektif kalau memiliki suatu barang. Paling tidak, aku
ingin melatih tanggung jawab atas barang kepemilikan. Bisa jadi, aku besok akan
beli baju baru, skirt baru, kerudung baru, atau alas kaki baru. Tapi, yang
pasti, aku mesti menjawab lima pertanyaan di atas tadi untuk memutuskan, beli
atau tidak.
Mengenai
hisab terhadap pakaian, rasanya horor juga. Lebih bijak memang kalau kita bisa
memanfaatkan semua baju/barang dengan maksimal. Reminder untukku sendiri
sebenarnya. Di lemariku, pasti ada aja pakaian-pakaian yang jarang aku pakai,
padahal visualnya belum jelek-jelek banget. Kalau mereka berada di sudut lemari
dalam, apakah mereka memang sembunyi dariku? Atau aku sendiri yang sengaja
menyembunyikannya? Hehe...
Konsep
minimalism sebenarnya lebih mengajarkan umat manusia untuk merasa cukup. Dalam
Islam pun sudah dianjurkan juga untuk merasa cukup (qona’ah). Jadi, apapun yang
menjadi pilihan kita, ada baiknya kita bisa bertanggung jawab dengan semua
konsekuensinya. Atau mungkin, seperti cerita orang dermawan yang pernah
kudengar, ketika beli banyak barang baru, berarti mesti berani juga
menyedekahkan/memberikan barang-barang yang lama ke orang lain/pihak lain.
Kalau istilah dalam minimalism namanya decluttering.
Terima
kasih sudah membaca sampai habis. Kita sama-sama belajar, ya.
Post a Comment for "Lebaran dan Sesuatu yang Baru"
Post a Comment