Langitkan Doa Dulu, Terkabul Kemudian

                                      

Halo, Teman-teman. 

Aku ingin bercerita tentang angan-angan yang dilakukan tanpa sengaja, tapi sangat mungkin dikabulkan oleh Allah. 

Saat awal kuliah S-1 dulu, aku lihat seorang dosen Ilmu Pendidikan masuk ke kelasku bersama seorang mahasiswa perempuan yang membawa banyak goodie bag. Ternyata, dosen tsb akan melakukan penelitian dengan mengambil kelasku sebagai sampelnya. Mahasiswa perempuan yang bersamanya adalah mahasiswa S-2 yang menjadi asistennya. Mereka pun membagikan angket kepadaku dan teman-teman. Saat kami sudah selesai mengisi angket, kami pun dapat kenang-kenangan berupa goodie bag yang isinya notebook dan alat tulis. 

Selama proses pengisian angket, mahasiswa perempuan (asisten dosen) tadi menghampiriku untuk memantau angket yang kuisi. Lalu, iseng aku bertanya, "Mb, bagaimana ya bisa jadi asisten dosen?" Mahasiswa tersebut menjawab, "Oh, kamu harus dekat dengan dosen Dek. Atau saat Beliau ada project, kamu menawarkan diri." 

Sebuah tips yang aku rasa suliiit untuk ditiru, mengingat aku hanya anak UKM/bukan anak HIMA jurusan dan tak ada nyali 'tuk menawarkan diri. Tahun demi tahun aku tak lagi kepikiran untuk jadi asisten peneliti. Tapi, di akhir masa kuliah S-1, aku diajak sama temanku untuk ikut bantu program pengabdian dosen (termasuk project penelitian juga, dengan mengadakan pelatihan untuk guru-guru di lingkup tertentu). Rasanya senang bukan main. Temenku tsb notabene memang mantan ketua HIMA dan dekat dengan dosen. Allah ternyata kasih jalan untukku melalui dia. Kegiatan tsb pun kami lakukan sebanyak dua kali. Kami menjadi pendamping dosen pada dua pengabdian. Senangnya. Meski dilaksanakan secara daring karena situasi pandemi Covid, kami berdua dapat pengalaman banyak jadi research assistant. 

Beberapa bulan selanjutnya, alhamdulillah aku menjadi asisten untuk beberapa project dosen. Mungkin terkesan sederhana, ya. Istilah asisten seperti istilah kerennya dari tukang bantu-bantu hehe. Tapi nggakpapa. Selagi halal dan menyenangkan, kenapa tidak? Apalagi ada cuannya wkwk...

Dari sini, aku belajar untuk ngga meremehkan yang namanya gumaman hati. Ucapan apapun yang keluar dari mulut/bahkan hanya sesuatu yang dibatin, upayakan adalah sesuatu yang positif. Karena jika memang Allah kabulkan itu, semua bisa saja terjadi. Entah terjadi setahun kemudian, dua tahun kemudian, dan seterusnya. Allah tahu timing yang tepat untuk mengabulkan mimpi seseorang. 

Post a Comment

0 Comments